Intensitas hujan deras yang mengguyur Gunungkidul 2 hari terakhir ini, mengakibatkan sejumlah sungai mengalami banjir dan air keruh. Kondisi seperti ini bukan hanya berdampak pada bencana, namun juga berdampak pada pelayanan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Handayani Kabupaten Gunungkidul, pasalnya sumber air di beberapa sungai bawah tanah yang diolah PDAM Tirta Handayani mengalami kekeruhan cukup tinggi, karena itu pelayanan PDAM Tirta Handayani mengalami kendala. Dengan tingginya angka kekeruhan di beberapa Sungai seperti: Sungai Bawah Tanah Seropan, Sungai Bawah Tanah Goa Bribin, Sungai Bawah Tanah Baron, Sungai Oyo Bunder dan Sungai Oyo Gedangsari mengakibatkan sejumlah wilayah pelayanan PDAM Tirta Handayani di nonaktifkan, Adapun wilayah terdampak meliputi Kapanewon Ponjong, Kapanewon Tanjungsari, Kapanewon Semin, Kalurahan Ngalang, Kalurahan Gading, Kalurahan Ngijo, Kalurahan Gari dan sekitarnya.
Direktur Umum PDAM Tirta Handayani Gunungkidul, Sulistyo Aribowo, SE mantan kepala Cabang PDAM Seropan menjelaskan bahwa Kekeruhan di Cabang Seropan saat ini mengalami kelebihan angka standarisasi NTU (Nephelometric Turbidity Unit/ Tingkat kekeruhan air) karena bercampur lumpur sehingga melebihi kapasitas pengolahan pada IPA (Instalasi Pengolahan Air). Saat ini di Cabang seropan kulitas air di sungai bawah tanah seropan sebelum dimatikan kekeruhan mencapai 700 NTU, sedangkan 22 NTU untuk Sungai Bawah Tanah Baron, dan 800 NTU untuk Sungai Permukaan Oyo Bunder dan Gedangsari sehingga mengalami stop produksi. Sedangkan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang standar kelayakan oprasional PDAM dengan kualitas air minum tidak melebihi dari 5 NTU sehingga, masih tingginya angka kekeruhan di beberapa Sumber air baku PDAM untuk sementara waktu oprasional harus dinonaktifkan terlebih dahulu. Upaya PDAM saat ini ialah melakukan optimalisasi kapasitas IPA ( Instalasi Pengolahan Air) yang ada, agar angka tingkat kekeruhan bertahap berkurang. PDAM memiliki beberapa pengolahan IPA di beberapa wilayah cabang pelayanan, seperti di Seropan/Semanu memiliki 2 WTP (Water Treatment Plant) dengan kapasitas pengolahan 40 liter/detik dan 70 liter/detik, WTP Bunder kapasitas produksi 40 liter/detik, WTP Gedangsari kapasitas peoduksi 20 liter/detik, intake Baron memiliki kapasitas produksi 80 liter/detik dan WTP Bribin memiliki kapasitas produksi 100 liter/detik.
Direktur Utama Bapak Toto Sugiharta, S. TP memohon maaf kepada pelanggan PDAM Tirta Handayani yang saat ini mengalami dampak air keruh di beberapa wilayah pelayanan. Bapak Toto menegaskan bahwa permasalahan air di wilayah Gunungkidul optimis bisa teratasi salah satunya ialah dengan pembangunan WTP di Seropan dengan kapasitas 100 liter/detik dan Program tersebut saat ini sudah berada di ranah BAPPEDA Gunungkidul untuk direalisasikan pendanaannya melalui APBN. Kemudian selain itu upaya lain ialah untuk mengatasi kekeruhan PDAM Tirta Handayani mengusulkan pembangunan sarana pengolahan air IKK (Ibu Kota Kecamatan) Tanjungsari melalui Dinas PU Proyek tersebut rencananya akan diajukan untuk program anggaran 2022 dengan dana APBN dimana saat ini sudah dilakukan proses pembebasan tanah dan persiapan lahan Cleaning oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul dalam hal ini Dinas PU sebagai pelaksana pembangunan tersebut. PDAM Tirta Handayani berharap dengan berbagai upaya yang dilakukan saat ini dalam rangka mengatasi kekeruhan di Kabupaten Gunungkidul dapat berjalan dengan baik sehingga kedepan pelayanan bisa normal dan seperti yang diharapkan oleh pelanggan.